Kepada
Yth: Masyarakat Sepakbola dan Bangsa Indonesia
Surat Terbuka
Salam Satu Jiwa,
Kami Aremania yang tergabung dalam Tim Pengungkap Fakta Tragedi Brawijaya Kediri menyampaikan:
1. Permohonan maaf kepada seluruh bangsa Indonesia khususnya insan dan masyarakat sepakbola atas terjadinya tragedi Brawijaya (16-1-2008) sebagai bentuk kekhilafan kami dan yang kami lakukan adalah sebagai bentuk reaksi dari adanya aksi anti fair-play yang dilakukan oleh official pertandingan.
2. Memohon maaf kepada masyarakat Kediri yang merasa cemas, resah, dan menjadi korban pada saat itu. Apa yang kami lakukan hanyalah aksi pembelaan diri. Sebab sejak kami berangkat saat memasuki perbatasan Kediri hingga pulang dan akan keluar dari kota Kediri, ada beberapa oknum masyarakat di Kediri yang dengan sengaja memprovokasi bahkan melempari kendaraan kami hingga jatuh korban. Meskipun kami juga sadar ada beberapa oknum Aremania yang bertindak di luar koordinasi kami. Kami juga sadar dan tahu betul apa yang dirasakan oleh masyarakat Kediri melihat stadion kebanggaannya menjadi korban, hal ini kami anggap sebagai konsekuensi dan resiko atas kesediaan menjadi tuan rumah delapan besar.
3. Menyayangkan sikap dan keputusan komdis, yang kami anggap berat sebelah dan mengaburkan fakta-fakta yang semestinya bisa dijadikan sebagai acuan fakta pertimbangan sebelum memutuskan sanksi antara lain:
a. Sikap perangkat pertandingan (wasit & asisten wasit) yang bertindak jauh dari kesan fair play dan adil sehingga menjadi pemicu kawan-kawan kami untuk melakukan aksi sebagai cara penyadaran, namun ternyata aksi penyadaran yang kami lakukan tidak membuat official pertandingan segera berbenah.
b. Penempatan venue delapan besar di stadion Kediri yang jauh dari standar yang menjadi acuan oleh PSSI dan BLI (manual liga dan penetapan grid stadion layak versi BLI).
c. Adanya pagar pembatas tambahan di daerah sentelbench, hal ini sangat diharamkan BLI jika ada di kandang Arema (Stadion Kanjuruhan Malang), namun di Stadion Brawijaya mendapatkan ijin, tentunya ini menjadi standar ganda bagi PSSI dan BLI dalam penindakan terhadap apa yang tertulis dalam manual liga.
d. Tidak adanya match steward yang berjaga selayaknya di stadion Manahan Solo sebagai babak delapan besar lainnya.
e. Kapasitas stadion yang jelas tidak memenuhi syarat jika dibandingkan dengan Stadion Delta Sidoarjo, Tridarma Gresik, dan Kanjuruhan Malang.
f. Jumlah aparat keamanan yang bertugas berdasarkan pengalaman kami sangat kurang apalagi even setingkat delapan besar Ligina
g. Adanya indikasi kesengajaan untuk menjebak dan merusak nama baik Arema dan Aremania pada perhelatan delapan besar ini yang bisa kami rasakan sejak pengurusan tiket hingga melihat kesiapan panpel.
4. Kami Aremania memohon adanya pemberitaan yang berimbang dari seluruh insan media massa tentang perihal tragedi Brawijaya. Hal ini didasari kami Aremania juga banyak yang menjadi korban traged, dapat dilihat dari banyaknya kerusakan kerugian yang juga kami alami antara lain rusaknya kaca di 27 kendaraan bus pengantar (data di luar kendaraan pribadi), adanya beberapa Aremania yang harus dirawat di rumah sakit Kediri.
5. Kami Aremania siap menerima hukuman se-objektif dan se-proporsional mungkin dengan syarat panpel juga harus dihukum dan dikenakan sanksi atas keteledoran dan ketidaksiapannya.
6. Wasit Jajat Sudrajat diperiksa beserta asisten wasit dan official pertandingan yang bertugas saat itu diperiksa dan diberikan hukuman seberat-beratnya karena mereka jugalah yang menjadi dalang atas aksi kami.
7. Mohon dengan hormat agar PSSI, BLI, Menegpora, dan Presiden Republik Indonesia ikut bersikap tanpa berintervensi terlalu berlebihan terhadap kondisi sepakbola Indonesia yang jauh dari fair-play.
8. Keberadaan prestasi kami selama in, baik sebagai pelopor suporter terkoordinir Indonesia sebagai kelompok suporter pertama yang mendapat sertifikat terbaik dari PSSI - Agum Gumelar ataupun sebagai kelompok suporter yang mengadakan dan menggagas Indonesia damai 2007 hendaknya menjadi pertimbangan tersendiri dalam pengambilan keputusan. Apalagi kami merupakan kelompok suporter satu-satunya di Indonesia yang harus menghidupi tim kami melalui tiket. Sebab Arema merupakan satu-satunya tim yang tidak menggunakan uang rakyat atau dana APBD.
9. Tak lupa kami Aremania mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu kami. Media elektronik maupun cetak, serta perhatian dari insan sepakbola Indonesia.
Demikian surat terbuka kami kirimkan kepada seluruh pihak-pihak yang terkait dengan harapan demi kemajuan sepakbola nasional.
Jayalah sepakbola Indonesia, salam satu jiwa... Arema
Malang, 20 Januari 2008
atas nama Aremania