06 December 2007

Kiri

0 komentar
KIRI,
Mahasiswa...

KIRI,
Melawan...
------------------
KIRI,
Buruh...

KIRI,
Membelot...
------------------
KIRI,
Tani...

KIRI,
Memberontak...
------------------
KIRI,
Rakyat...

KIRI,
Berjuang...
------------------
KIRI,
Revolusi...

04 December 2007

Ketika Feodalisme Berkuasa

0 komentar
Kaget, itulah yang aku rasakan ketika diberitahu akan iklim politik FIB. Semua kebobrokan FIB yang sudah lama aq sadari semakin jelas ketika mendengar akan hal lain tentang FIB. Apalagi tentang ke-tidak-demokratis-an yang terjadi di FIB maupun UGM, rasanya suasana feodal sangat terasa. Cih, foedalisme ternyata ga hanya di lingkungan Keraton Jogja aja, bahkan masuk ke area kampus UGM.

FIB saat ini dikuasai oleh anak belakang. Sekumpulan mahasiswa hedonis yang hanya berpikir akan party, mabuk, dugem, pesta, musik, dsb. Dan mahasiswa yang ada didalam FIB pun terdidik menjadi mahasiswa yang hedonis dan apatis. Sungguh sangat disayangkan ketika mahasiswa yang menjadi "agent of change" malah terdidik untuk bersikap pasif dan apatis, bahkan hedonis. Entah apakah ada dari FIB nanti yang kelak akan melakukan suatu hal yang revolusioner dalam memperjuangkan nasib rakyat Indonesia.

Sungguh sedih aq ketika melihat realita yang ada di FIB. Kampus yang aq harap bisa jadi tempat untuk merevolusionerkan pemikiranQ, tempat untuk menimba ilmu sekaligus berorganisasi, tempat yang aq harapkan bisa membentukQ menjadi seorang aktivis pergerakan mahasiswa, semua impian itu sirna ketika mengetahui FIB dikuasai oleh kehidupan mahasiswa yang hedonis, apatis, dan pasif.

Tidak bisa dipungkiri bahwa di FIB terdapat berbagai kelompok mahasiswa. Dari kelompok belakang macam SasBud, kelompok rohis macam KMIB, kelompok HMJ, kelompok mahasiswa hedonis, pasif, dan apatis, kelompok mahasiswa perpus-kos, bahkan sampai kelompok mahasiswa pengecut yang lari ke tempat lain tanpa peduli dengan nasib FIB. Walaupun ada banyak kelompok di FIB, tapi bukan berarti persatuan tidak bisa tercipta. Persatuan pasti bisa, asal ada pihak yang rela menahan nafsu hewannya dan rela berbaur dengan golongan yang "tidak sejenis".

Itulah menurutQ fungsi LEM (Lembaga Eksekutif Mahasiswa). LEM harus mampu menjadi leader dan koordinator atas semua HMJ maupun BSO yang ada di FIB. Walau secara kedudukan antara LEM, HMJ, dan BSO itu setara, setidaknya LEM harus mampu mengkoordinasikan semuanya. LEM juga harus mampu menyatukan semua unsur golongan mahasiswa yang ada di FIB. Dan apabila LEM belum mampu melakukan hal tersebut, tidak ada salahnya LEM dibubarkan.

Saat ini LEM tidak ubahnya SasBud, hal ini karena para aktivis LEM yang tersisa kebanyakan dari SasBud. Sementara yang lain mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Suatu hal yang sungguh ironis ketika suatu lembaga independen yang seharusnya bertugas menyatukan antar golongan mahasiswa, tapi malah dikuasai oleh satu golongan mahasiswa. Hal ini makin berakibat berkuasanya satu golongan dan membuat golongan yang berkuasa itu menjadi ekslusif pula. Padahal kelompok yang potensial menjadi lawan penguasa FIB saat ini pun tak kalah eksklusifnya. Maka tak heran mahasiswa pun menjadi pasif dan apatis.

Mahasiswa FIB bingung. Ketika golongan yang berkuasa itu menunjukkan kediktatoran mereka dalam berkuasa, kelompok yang seharusnya menjadi oposisi pun tidak dekat dengan mahasiswa. Akibatnya mahasiswa pun bersikap pasif, tidak peduli akan apa yang terjadi di FIB. Dan hal ini berakibat makin kuatnya kelompok yang berkuasa. Sementara itu yang menyadari akan kebobrokan di FIB hanya sedikit, dan mereka yang sedikit itu pun kebanyakan melarikan diri ke luar FIB. Jadi semakin sedikit saja mereka yang berusaha menjadi oposisi yang bertahan di FIB. Dan mereka yang bertahan ini sudah pasti dengan mudah digilas oleh kelompok penguasa.

Kacau...., sungguh kacau...

Perubahan harus dilakukan, ya perubahan mesti terjadi. Revolusi mesti terjadi di FIB. FIB harus bisa meninggalkan kesan buruk dunia luar. FIB bukan sarang preman, melainkan sarang para aktivis yang memperjuangkan nasib rakyat. FIB bukan tempat party, tapi tempat menimba ilmu para intelektual muda. Warga FIB bukan mahasiswa yang pasif, tapi mahasiswa yang aktif. Warga FIB bukan orang yang apatis, tapi orang yang peduli akan nasib sesama. Karena FIB harus mengembalikan harkat dan martabatnya seperti semula, yaitu fakultas yang paling aktif dalam memperjuangkan nasib rakyat. Mahasiswa Sastra adalah mahasiswa yang dahulu dikenal sebagai mahasiswa yang kritis dan humanis. Itulah mengapa kiranya jalan yang ditempati oleh FIB berada di area Humaniora dan Nusantara, karena kita (mahasiswa FIB) adalah mahasiswa yang humanis di nusantara.

Sastra bersatu tak bisa dikalahkan...
Sastra bersatu tak bisa dikalahkan...
Sastra bersatu tak bisa dikalahkan...

19 November 2007

KA Kelas Proletar, Kelas Rakyat, alias Kelas Ekonomi

0 komentar
Astaghfirullah,,
Udah lama aq ga naek KA ekonomi,,,
Udah berapa taun ya...??? 3 taun lebih kaya'na,,,

Naek KA ekonomi,,,
mengingatkanQ akan masa lalu,,,
(coz udah lama ga naek kereta sih,,,)
Naek angkutan kelas rakyat,,,
Terakhir naik KA Penataran jurusan Malang-Blitar-Kediri-Surabaya kalo ga salah pas kelas 2 SMP,,,

Itulah asyiknya di KA...
Qta bisa melihat kondisi rakyat Indonesia pada umumnya,,,
Para penumpang (yang tidak diperlakukan layaknya penumpang),,
Para pemulung, pengamen, pengemis, penjual macem2,, (orang-orang yang seharusnya dibiayai oleh negara, coz udah di atur dalam UUD, tapi negara qta sendiri MELANGGARNYA!!!)..
Banci Stasiun,, (orang yang mesti disadarkan,, dikembalikan fitrah, harkat, dan martabatnya sebagai manusia, khususnya sebagai pria,, karena pria punya selera.. HeHeHeHeHe)

Untuk sementara, aq masih belum punya daya untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik,, tapi aq kan berusaha supaya bisa mengangkat derajat mereka menjadi lebih baik di masa dapan,,,
Eh,
salah ding,,,
bukan aq,,,
tapi kamu juga,,,
kawan-kawan semua,,,
karena qta lah generasi penerus bangsa,,,
Masa depan bangsa ada di tangan qta,,,
Hugo Chavez sang presiden Venezuela,,, dulu cuma anak seorang guru,,,
Evo Morales sang presiden Bolivia,,, dulu cuma kuli tambang dan petani,,,
Mahmoud Ahmadinejad sang presiden Iran,,, dulu cuma anak pandai besi,,,
Atau mungkin Rasulullah SAW sang pendiri Daulah Khilafah Islamiyah,, udah cuma petani, yatim-piatu, ummi' (orang yang ga bisa baca-tulis) pula!!!
Tapi mereka mampu mengangkat harkat dan martabat manusia seutuhnya,,,
Dan qta,,,
mampukah???
Let's try it.....



"Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat"
-Soe Hok Gie-

------------------------------------------------------------------------------------------------
Dan perjuangan itu takkan pernah berakhir,,,
Revolusi hanya akan berhenti apabila manusia itu mati,,,
Perubahan (ke arah yang lebih baik tentunya) harus selalu terjadi,tanpa henti,,,
Seperti kata Rasulullah SAW sang Revolusioner Sejati,,
bahwa "merugi-lah orang yang hari ini sama seperti hari kemarin, karena hari ini harus lebih baik dari hari hari kemarin, dan esok lebih baik daripada hari ini",,
-F'Rz-

30 October 2007

Sumpah Pemuda

0 komentar
28 Oktober 1928, Kongres Pemuda I diadakan. Tuh kongres akhirnya menghasilkan 3 kesepakatan :

- Kami pemuda-pemudi Indonesia, Bertanah-air satu, Tanah air Indonesia
- Kami pemuda-pemudi Indonesia, Berbangsa satu, Bangsa Indonesia
- Kami pemuda-pemudi Indonesia, Berbahasa satu, Bahasa Indonesia

Yup, 3 buah kesepakatan yang sarat makna. Ketika itu kelompok-kelompok pemuda Indonesia yang terpecah-pecah menjadi beberapa golongan berdasarkan kelompok suku dan agama, tersatukan berkat adanya "Sumpah Pemuda".

Sumpah pemuda bisa dibilang tonggak kebangkitan perjuangan para pemuda Indonesia setelah pada tahun 1908 para pelajar Indonesia berhasil mendirikan Boedi Oetomo sebagai organisasi perjuangan kemerdekaan. Dan berkat perjuangan dan persatuan, kemerdekaan pun diraih.

Seusai kemerdekaan, pemuda masih ada, pemuda masih semangat, dan pemuda pun juga ikut beraksi. Para pemuda ikut berperang ketika Belanda melancarkan agresi. Kesatuan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) terkenal dimana-mana.

Di era Orde Lama pemuda juga beraksi. Lewat mahasiswa angkatan 66 yang sukses meruntuhkan Orde Lama Soekarno dan sebagai awal mula Orde Baru Soeharto. Bahkan Orde Baru Soeharto juga diruntuhkan oleh pemuda angkatan 98 yang menuntut adanya reformasi di segala bidang.

Tapi sungguh ironis. Makin tua usia bangsa, semangat revolusioner pemuda pun juga ikut menua. Pekikan pemuda untuk perubahan makin jarang terdengar. Pemuda kini terlalu asyik dengan kehidupan hedonis nan egoisnya. Sumpah yang dulu diucapkan pada 28 Oktober 1928 terlupakan dan terkalahkan oleh segala kehedonisan kehidupan pemuda sekarang.

Mereka terpecah-belah, terbagi atas beberapa kelompok, suku, ras, agama, dLL. Bahkan persatuan bagi mereka bagaikan mimpi, karena keengganan mereka bersatu dengan kelompok yang tidak sama dengan mereka.

Kini, pemuda Indonesia sudah tidak merasa berbangsa satu, bertanah-air satu, dan berbahasa satu. Sumpah pemuda telah hilang ditelan perkembangan zaman yang menuntut ke-individualis-an setiap person-nya.

Rest in Peace: Sumpah Pemuda.

24 October 2007

Subjectivity of History

0 komentar
This day I learn a subjectivity of history is so important.

Ya begitulah, selama ini aku berpikir bahwa subjektivitas dalam sejarah itu benar-benar tidak diperlukan. Hal ini karena aq berpendapat bahwa subjektivitas manusia-lah yang membuat sejarah itu kabur. Memang, sejarah adalah ilmu yang sarat akan kesubjektivitasan manusia, penuh dengan hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan yang ada didalamnya. Tapi bagiku akan lebih indah apabila sejarah itu benar-benar objektif, sehingga apa yang pasti terjadi di masa lalu benar-benar terungkap.

Tetapi hari ini aku belajar menerima bahwa pendapatku tadi itu salah. Sejarah itu subjektif. Sejarah itu mengikuti apa kepentingan dan keinginan penulis sejarah tanpa terlepas dari fakta dan sumber-sumber yang ada. Sehingga tujuan, konsep, dan pemikiran yang dimiliki oleh seorang sejarawan akan membentuk sejarah itu sendiri. Bahkan untuk menentukan suatu periodesasi pun subjektivitas memegang peranan penting dalam penulisan sejarah.

Hmm, ternyata ilmu ini lebih mengerikan dari apa yang aku kira. Aku jadi tak heran lagi bagaimana seseorang seperti Soeharto bisa mengaburkan sejarah mengenai apa yang terjadi di tahun 1965. Karena apabila peristiwa itu terungkap secara objektif, maka kharisma yang dia bangun selama ini bakal jatuh. Dan apabila kharismanya sebagai pemimpin ini jatuh, maka bangsa ini pun juga ikut jatuh. Sejarah memang harus subjektif.

Bukan bermaksud membela seorang Soeharto, tapi ya itulah kenyataannya. Ini adalah efek dari subjektif-nya sejarah. Aku kira Soeharto tidak melakukan apa yang disebut dengan pemalsuan sejarah, tetapi dia hanya menyembunyikan beberapa fakta yang bakal menjatuhkannya dan melebih-lebihkan peristiwa itu sebagai propaganda untuk ketenaran dirinya.

Aku ingat ketika pertama kali masuk di sejarah, dosenku mengatakan bahwa fungsi sejarah adalah pembentuk kepribadian bangsa. Dan kalo ngelihat apa pendapatku tentang Soeharto tadi, Soeharto benar-benar sukses membentuk pribadi masyarakat yang benar-benar membenci komunisme dengan membabi-buta.

Walaupun secara jujur aq ga suka dengan cara ini. Tapi ya inilah sejarah, penuh dengan intrik dan kepentingan. Kalau Soekarno dahulu tidak membesar-besarkan sejarah mengenai kejayaan Majapahit, sudah tentu Indonesia ga akan pernah ada. Kalau Soeharto tidak belajar sejarah mengenai luas kerajaan Majapahit, sudah tentu Papua tidak akan diperjuangkan. DAN APABILA UMAT ISLAM TIDAK BELAJAR MENGENAI SEJARAH KEJAYAAN ISLAM DI MASA KEKHALIFAHAN, AKU PESIMIS KHILAFAH BISA TEGAK KEMBALI.

Dengan begini aku yakin, sejarah apabila dimanfaatkan dengan benar maka suatu saat pasti bisa digunakan untuk merubah masa depan. Apabila subjektif dan objektif dikombinasikan dengan baik, maka sejarah akan benar-benar mampu untuk membentuk kepribadian bangsa. Karena sejarah tuh menurutQ media propaganda yang sip buat menggerakkan massa. Dan sekali lagi, sejarah tuh mengerikan....