30 October 2007

Sumpah Pemuda

0 komentar
28 Oktober 1928, Kongres Pemuda I diadakan. Tuh kongres akhirnya menghasilkan 3 kesepakatan :

- Kami pemuda-pemudi Indonesia, Bertanah-air satu, Tanah air Indonesia
- Kami pemuda-pemudi Indonesia, Berbangsa satu, Bangsa Indonesia
- Kami pemuda-pemudi Indonesia, Berbahasa satu, Bahasa Indonesia

Yup, 3 buah kesepakatan yang sarat makna. Ketika itu kelompok-kelompok pemuda Indonesia yang terpecah-pecah menjadi beberapa golongan berdasarkan kelompok suku dan agama, tersatukan berkat adanya "Sumpah Pemuda".

Sumpah pemuda bisa dibilang tonggak kebangkitan perjuangan para pemuda Indonesia setelah pada tahun 1908 para pelajar Indonesia berhasil mendirikan Boedi Oetomo sebagai organisasi perjuangan kemerdekaan. Dan berkat perjuangan dan persatuan, kemerdekaan pun diraih.

Seusai kemerdekaan, pemuda masih ada, pemuda masih semangat, dan pemuda pun juga ikut beraksi. Para pemuda ikut berperang ketika Belanda melancarkan agresi. Kesatuan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) terkenal dimana-mana.

Di era Orde Lama pemuda juga beraksi. Lewat mahasiswa angkatan 66 yang sukses meruntuhkan Orde Lama Soekarno dan sebagai awal mula Orde Baru Soeharto. Bahkan Orde Baru Soeharto juga diruntuhkan oleh pemuda angkatan 98 yang menuntut adanya reformasi di segala bidang.

Tapi sungguh ironis. Makin tua usia bangsa, semangat revolusioner pemuda pun juga ikut menua. Pekikan pemuda untuk perubahan makin jarang terdengar. Pemuda kini terlalu asyik dengan kehidupan hedonis nan egoisnya. Sumpah yang dulu diucapkan pada 28 Oktober 1928 terlupakan dan terkalahkan oleh segala kehedonisan kehidupan pemuda sekarang.

Mereka terpecah-belah, terbagi atas beberapa kelompok, suku, ras, agama, dLL. Bahkan persatuan bagi mereka bagaikan mimpi, karena keengganan mereka bersatu dengan kelompok yang tidak sama dengan mereka.

Kini, pemuda Indonesia sudah tidak merasa berbangsa satu, bertanah-air satu, dan berbahasa satu. Sumpah pemuda telah hilang ditelan perkembangan zaman yang menuntut ke-individualis-an setiap person-nya.

Rest in Peace: Sumpah Pemuda.

24 October 2007

Subjectivity of History

0 komentar
This day I learn a subjectivity of history is so important.

Ya begitulah, selama ini aku berpikir bahwa subjektivitas dalam sejarah itu benar-benar tidak diperlukan. Hal ini karena aq berpendapat bahwa subjektivitas manusia-lah yang membuat sejarah itu kabur. Memang, sejarah adalah ilmu yang sarat akan kesubjektivitasan manusia, penuh dengan hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan yang ada didalamnya. Tapi bagiku akan lebih indah apabila sejarah itu benar-benar objektif, sehingga apa yang pasti terjadi di masa lalu benar-benar terungkap.

Tetapi hari ini aku belajar menerima bahwa pendapatku tadi itu salah. Sejarah itu subjektif. Sejarah itu mengikuti apa kepentingan dan keinginan penulis sejarah tanpa terlepas dari fakta dan sumber-sumber yang ada. Sehingga tujuan, konsep, dan pemikiran yang dimiliki oleh seorang sejarawan akan membentuk sejarah itu sendiri. Bahkan untuk menentukan suatu periodesasi pun subjektivitas memegang peranan penting dalam penulisan sejarah.

Hmm, ternyata ilmu ini lebih mengerikan dari apa yang aku kira. Aku jadi tak heran lagi bagaimana seseorang seperti Soeharto bisa mengaburkan sejarah mengenai apa yang terjadi di tahun 1965. Karena apabila peristiwa itu terungkap secara objektif, maka kharisma yang dia bangun selama ini bakal jatuh. Dan apabila kharismanya sebagai pemimpin ini jatuh, maka bangsa ini pun juga ikut jatuh. Sejarah memang harus subjektif.

Bukan bermaksud membela seorang Soeharto, tapi ya itulah kenyataannya. Ini adalah efek dari subjektif-nya sejarah. Aku kira Soeharto tidak melakukan apa yang disebut dengan pemalsuan sejarah, tetapi dia hanya menyembunyikan beberapa fakta yang bakal menjatuhkannya dan melebih-lebihkan peristiwa itu sebagai propaganda untuk ketenaran dirinya.

Aku ingat ketika pertama kali masuk di sejarah, dosenku mengatakan bahwa fungsi sejarah adalah pembentuk kepribadian bangsa. Dan kalo ngelihat apa pendapatku tentang Soeharto tadi, Soeharto benar-benar sukses membentuk pribadi masyarakat yang benar-benar membenci komunisme dengan membabi-buta.

Walaupun secara jujur aq ga suka dengan cara ini. Tapi ya inilah sejarah, penuh dengan intrik dan kepentingan. Kalau Soekarno dahulu tidak membesar-besarkan sejarah mengenai kejayaan Majapahit, sudah tentu Indonesia ga akan pernah ada. Kalau Soeharto tidak belajar sejarah mengenai luas kerajaan Majapahit, sudah tentu Papua tidak akan diperjuangkan. DAN APABILA UMAT ISLAM TIDAK BELAJAR MENGENAI SEJARAH KEJAYAAN ISLAM DI MASA KEKHALIFAHAN, AKU PESIMIS KHILAFAH BISA TEGAK KEMBALI.

Dengan begini aku yakin, sejarah apabila dimanfaatkan dengan benar maka suatu saat pasti bisa digunakan untuk merubah masa depan. Apabila subjektif dan objektif dikombinasikan dengan baik, maka sejarah akan benar-benar mampu untuk membentuk kepribadian bangsa. Karena sejarah tuh menurutQ media propaganda yang sip buat menggerakkan massa. Dan sekali lagi, sejarah tuh mengerikan....

18 October 2007

Kelud...Kelud...

0 komentar
HeHeHeHeHeHeHe,,,

Entah kenapa aq hari selasa (16 Okotober 2007) kemaren jadi orang yang jahat, tapi juga baik. Semua ini dikarenakan berita dari SatLak yang mengatakan bahwa gunung Kelud akan meletus sekitar jam 10 malam. Wah, langsung ramai dah di rumah nenekQ. Aq pun penasaran, maklum belum pernah liat gunung meletus atau lava secara langsung. Bahkan walaupun aq orang Jatim, aq belum pernah nengok ke Lapindo, padahal lewat situ bolak-balik.

Di desa Udanawu tempat nenekQ tinggal alhamdulillah termasuk desa yang aman kalo tuh Kelud meletus, hanya saja disini ada sungai yang apabila Kelud meletus akan dialiri oleh laharnya. Dan hujan abu yang parah pun akan mengenai desaQ ini pula, karena hujan abu ini desaQ dikasih nama "Udanawu". Itulah mengapa desaQ semalam langsung ramai, pengungsi dari arah timur pada berdatangan semua. Apalagi yang rumahnya ada di pinggiran kali tempata aliran lahar, semua pada ngungsi ke masjid depan rumah.

Aq ma beberapa pemuda sana pun ya sibuk nyiapin karpet, terpal, bahan makanan, air bersih, dan siap-siap kalo Kelud jadi meletus malam itu. Asyik juga lho jadi volunteer seperti itu. Tapi aq pun tak lupa berdo'a, "ya Allah, cepatlah tunjukkan kepadaQ letusan gunung". Sebuah do'a yang kekanak-kanakan bukan?!.

Ketika orang-orang di sekitar gunung kidul pada mengungsi semua, aku malah berharap gunung itu meletus. Padahal letusan terakhir gunung itu sudah menewaskan 7 orang, sehingga dibuat semeacam tugu peringatan di daerah Tugu Rante. Sungguh bodohnya diriQ ini. Disaat orang-orang yang berada dekat gunung seperti Blitar Kota, Tugu Rante, Penataran, dan Srengat, semua pada mencari tempat yang aman, aq malah punya keinginan ke Tugu Rante atau Penataran. Aq ingin melihat letusan gunung lebih dekat. Aq ingin melihat puncak Kelud mengeluarkan segala isinya. Aq ingin melihat magma lebih dekat. Itulah kenapa aq ingin sekali ke Penataran, karena aq ingin melihat magma.

Tapi aq lupa sama orang-orang disekitarQ. Orang-orang yang mengungsi ketakutan. Orang-orang yang terancam jiwanya. Dan orang-orang yang ga bakal hidup enak selama Kelud belum mengeluarkan lahar panas beserta isinya yang lain.

Dan aq pun baru memikirkan ini Rabu paginya. Abiz bangun tidur dan melihat wajah cerah pengungsi yang melihat bahwa Kelud tak jadi meletus malam itu. Damai juga rasanya...

Renungan Kembali Ke Fitrah

0 komentar
Bedug bertalu-talu, menggema di jagad nusantara.
Takbir, tahmid dan tahlil mengalun-lantunkan nada khidmad bersahaja.
Kebekuan hati menggeliat bangkit, sesali hidup penuh noda-dosa.
Terkenang nada angkuh-sombong dirinya atas Sang Pencipta.
Tekenang iri-dengki dan benci atas sesamanya.

Sesal di hati, rasa menyibak kesadaran akal-budi.
Jeritan ruh meratap, ingin bangkit menggapai manusia sejati.
Terbuai oleh belas kasih Illahi, harapkan bimbingan-Nya.
Rindukan peluk sayang-Nya, harapkan ampunan-Nya.
Ingin lepaskan jerat noda-dosa, kembali ke fitrah hidupnya.

Ramadhan datang bak penyejuk rona sukma.
Menebar berita rahmat dan ampunan dari-Nya.
Menggelar kedamaian jiwa, mengendali gejolak rasa.
Hadir syawal 1428 hijriyah, mengiringi jiwa-sukma nan lemah-renta.
Saat ihlaskan khilaf antar sesama, di bawah ampunan Illahi Robbi.

Selamat Idul Fitri 1428 H
Taqoballallohu Minna wa Minkum, Taqobbal yaa Kariim



Faris Rusydi Aliyverdana
( www.cak-faris.blogspot.com )

08 October 2007

Beda Satu Syawal????

0 komentar
Beda satu syawal, itu mah sejarah basi bangsa kita. Padahal aturan Islam udah ngasih begitu kemudahan dalam menentukan tanggal satu syawal, yaitu dengan ngelihat hilal.Tapi, kenapa di negara ini begitu bingung dengan penentuan satu syawal???

Begini deh kalo ga ada Khilafah, jadinya pada bingung semua. Jangan kira nentukan tanggal satu syawal tuh sepele n ga penting. Kalian pada tau semua kan hukum orang berpuasa di tanggal satu syawal???

Letak kesalahannya, pemerintah nentukan satu syawal sak karepe dewe. Mentang-mentang Indonesia belum di datengin si hilal, mereka nunggu hilal dateng. Padahal di negara tetangga udah liat.

Seandainya Khilafah, kalo hilal udah terlihat di Arab, maka di seluruh dunia diwajibkan untuk membatalkan puasanya dan berlebaran esok harinya. So, ga peduli dimana tempat hilal terlihat, seluruh dunia pun barengan Idul Fitri nya.

Gimana?
Enak dan simpel kan?