- Judul buku : Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
- Indonesia (BPUPKI) - Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
- Tim Penyunting : Saafroedin Bahar, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hidawati
- Tebal buku : 650 Hal.
- Penerbit : Sekretariat Negara Republik Indonesia (Jakarta, 1995)
“Sebuah buku yang cukup baik untuk dijadikan sumber sejarah mengenai kemerdekaan Indonesia”, inilah kesan pertama saya seusai melihat-melihat dan membolak-balik halaman demi halaman dalam buku ini. Buku Risalah Sidang BPUPKI ini merupakan rujukan utama untuk mengetahui apa saja yang terjadi selama sidang BPUPKI yang merupakan siding pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena merupakan risalah, maka jelas buku ini tidak berbentuk narasi atau deskripsi sebagaimana buku sejarah yang lain. Buku setebal 650 halaman ini merupakan laporan dari sidang BPUPKI yang diselenggarakan pada 28 Mei 1945 - 1 Juni 1945 dan 10-17 Juli 1945, serta sidang PPKI pada 18-22 Agustus 1945.
Dalam kata pengantarnya, Prof. Dr. Taufik Abdullah menuliskan bahwa risalah memberikan kepada kita kemungkinan untuk mengenang dan memikirkan kembali pesan terselubung dari rahmat Ilahi. Sebuah pesan yang cukup bijak dari sang profesor apabila melihat kondisi Indonesia pasca merdeka. Kemakmuran yang diidam-idamkan oleh para founding father NKRI seolah hanya semacan utopia apabila melihat kondisi saat ini. Tetapi pasti bukan Indonesia seperti saat ini yang diinginkan oleh Soekarno, Hatta, Sjahrir, Yamin, dll. ketika mereka membahas mengenai konsep akan “Indonesia”. Inilah fungsi kita membaca risalah selain memanfaatkannya sebagai sumber sejarah, yaitu melihat kembali masa lalu untuk memperbaiki masa depan. Risalah Sidang BPUPKI – PPKI ini akan sangat menguntungkan untuk dibaca oleh semua khalayak masyarakat Indonesia yang ingin membangun negeri.
Ketika membaca buku ini, yang timbul adalah rasa takjub dan kagum. Sebuah rasa yang timbul akibat kecerdasan berpikir para bapak bangsa. Terutama bagi para sejarawan pasti akan sangat menggemari Muhammad Yamin yang mengedepankan sisi historis Indonesia dalam prinsip-prinsipnya mengkonsep “Indonesia”. Tetapi tak dapat disingkirkan pula bahwa pemikiran ekonomi kerakyatan ala Mohammad Hatta juga merupakan salah satu yang terbaik. Belum lagi membaca kata-kata yang dilontarkan oleh Ir. Soekarno dalam orasinya pada Sidang BPUPKI ini. “Inilah Indonesia!”, kira-kira seperti itulah pesan yang dilontarkan oleh buku ini kepada pembacanya.
Saya tidak akan memungkiri bahwa alasan pembuatan buku ini adalah sebagai sumber sejarah semata, karena Prof. Dr. Taufik Abdullah juga menyatakan hal serupa pada kata pengantarnya. Tetapi saya juga sangat mendukung apabila buku ini juga dipakai sebagai buku pegangan bagi para pemuda yang ingin membangun negeri, para aktivis gerakan mahasiswa, dan tentunya para eksekutif yang mengendalikan pemerintahan saat ini. Hal ini karena buku ini memberikan gambaran mengenai Indonesia yang seharusnya dan merupakan sebuah refleksi untuk melihat ke belakang sejenak guna membangun Indonesia yang lebih baik.
Sebagai akhir dari resensi, sebuah kata-kata yang sangat indah dari Ir. Soekarno saya kutip dari buku ini: “Jangan mengira bahwa dengan berdirinya Negara Indonesia Merdeka itu perjuangan kita telah berakhir. Tidak! Bahkan saya berkata di dalam Indonesia Merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain sifatnya dengan perjuangan sekarang, lain coraknya. Nanti kita bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu-padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Pancasila”.
Dalam kata pengantarnya, Prof. Dr. Taufik Abdullah menuliskan bahwa risalah memberikan kepada kita kemungkinan untuk mengenang dan memikirkan kembali pesan terselubung dari rahmat Ilahi. Sebuah pesan yang cukup bijak dari sang profesor apabila melihat kondisi Indonesia pasca merdeka. Kemakmuran yang diidam-idamkan oleh para founding father NKRI seolah hanya semacan utopia apabila melihat kondisi saat ini. Tetapi pasti bukan Indonesia seperti saat ini yang diinginkan oleh Soekarno, Hatta, Sjahrir, Yamin, dll. ketika mereka membahas mengenai konsep akan “Indonesia”. Inilah fungsi kita membaca risalah selain memanfaatkannya sebagai sumber sejarah, yaitu melihat kembali masa lalu untuk memperbaiki masa depan. Risalah Sidang BPUPKI – PPKI ini akan sangat menguntungkan untuk dibaca oleh semua khalayak masyarakat Indonesia yang ingin membangun negeri.
Ketika membaca buku ini, yang timbul adalah rasa takjub dan kagum. Sebuah rasa yang timbul akibat kecerdasan berpikir para bapak bangsa. Terutama bagi para sejarawan pasti akan sangat menggemari Muhammad Yamin yang mengedepankan sisi historis Indonesia dalam prinsip-prinsipnya mengkonsep “Indonesia”. Tetapi tak dapat disingkirkan pula bahwa pemikiran ekonomi kerakyatan ala Mohammad Hatta juga merupakan salah satu yang terbaik. Belum lagi membaca kata-kata yang dilontarkan oleh Ir. Soekarno dalam orasinya pada Sidang BPUPKI ini. “Inilah Indonesia!”, kira-kira seperti itulah pesan yang dilontarkan oleh buku ini kepada pembacanya.
Saya tidak akan memungkiri bahwa alasan pembuatan buku ini adalah sebagai sumber sejarah semata, karena Prof. Dr. Taufik Abdullah juga menyatakan hal serupa pada kata pengantarnya. Tetapi saya juga sangat mendukung apabila buku ini juga dipakai sebagai buku pegangan bagi para pemuda yang ingin membangun negeri, para aktivis gerakan mahasiswa, dan tentunya para eksekutif yang mengendalikan pemerintahan saat ini. Hal ini karena buku ini memberikan gambaran mengenai Indonesia yang seharusnya dan merupakan sebuah refleksi untuk melihat ke belakang sejenak guna membangun Indonesia yang lebih baik.
Sebagai akhir dari resensi, sebuah kata-kata yang sangat indah dari Ir. Soekarno saya kutip dari buku ini: “Jangan mengira bahwa dengan berdirinya Negara Indonesia Merdeka itu perjuangan kita telah berakhir. Tidak! Bahkan saya berkata di dalam Indonesia Merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain sifatnya dengan perjuangan sekarang, lain coraknya. Nanti kita bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu-padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Pancasila”.
No comments:
Post a Comment