16 January 2008

Antara, Fasis, Totaliter, Komunis, dan Tiran

Artikel ini kupersembahkan buat temen yang lagi membutuhkan.


First, sebelum qta ngomong soal cara memerintah, kita ngomong soal faham dulu. Dalam dunia politik, pastilah ada kelompok sayap kanan dan sayap kiri. Orang-orang kelompok sayap kanan adalah kaum pembela kebijakan pemerintah, mereka cenderung konservatif dan statis. Sementara di kelompok sayap kiri adalah para penentang dalam pemerintahan (oposisi), mereka cenderung revolusioner, reformis, dan dinamis. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda soal kanan-kiri, tapi masyarakat umum lebih memahami bahwa kaum kiri adalah mereka yang terpengaruh oleh Karl Marx, sementara kaum kanan adalah orang-orang agamis dan demokratis.

Nah, bagi Faris lain lagi. Menurutku, kanan adalah mereka yang tunduk pada pemerintah dan kiri adalah mereka yang membangkang pada pemerintah. Jadi terserah mereka ideologinya apa, kalo mereka pro-pemerintah ya berarti di kanan, tapi kalo oposisi pemerintah ya kiri. Tapi ya karena pandangan masyarakat umum terhadap kiri malah marxis-sentris, maka Faris jelasin menurut pandangan secara umum aja.

Oke, sekarang qta pake inti kanan-kiri adalah Kanan = Demokrat/Agama dan Kiri = Komunis/Sosialis/Fasis.

Kalo qta bicara soal kiri, ini semua ga bisa lepas dari pengaruh materialistis nya Karl Marx yang tercantum dalam buku Das Kapital. Okelah, mungkin dari luar buku itu menyangkut soal ekonomi. Tapi apabila dikaji lebih dalam, buku itu juga menyangkut masalah pemerintahan dan politik. Dasar dari semua pemerintahan kiri adalah materi, jadi jangan heran apabila orang kiri identik dengan atheis.

Orang yang pertama kali memikirkan soal pemakaian Das Kapital di bidang politik dan pemerintah adalah Vladimir Ilyich Lenin. Lenin mengkaji Das Kapital guna menerapkan suatu tata pemerintahan baru di Rusia dan akhirnya beliau berhasil menggulingkan kekaisaran Rusia yang saat itu dipimpin oleh Tsar Alexandr pada Oktober 1917. Saat itu perkembangan kapitalisme semakin mencengkeram erat perekonomian Kekaisaran Rusia dan menimbulkan diferensiasi masyarakat yang disebut ”borjuis” dan ”proletar”.

Ketika kapitalisme berkembang, maka yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Dari sinilah timbul perjuangan kaum proletar (rakyat) melawan kaum borjuis (pengusaha). Asal pemisahan kanan-kiri ini berasal dari sini, mereka yang pro-rakyat duduk di sisi kiri dan yang pro-pemerintah duduk di sisi kanan, sementara yang ditengah adalah raja/kaisar (saat itu susunan kursi dalam parlemen berbentuk letter U). Kalo ga salah ini dulu pertama kali terjadi di Perancis.

Kaum kiri ini yang patut dikagumi adalah perjuangan dan pemikiran revolusioner mereka. Tokoh-tokoh kemerdekaan kita pun ada juga yang berasal dari “kiri jalan”. Mereka adalah Soetan Sjahrir (Partai Sosialis), Amir Sjarifuddin (Partai Komunis), dan Tan Malaka (Partai Republik). Nah, truz bagaiamana dengan posisi Soekarno?, hmmm, dia adalah pemersatu antara kiri dan kanan (mengingat begitu banyak link yang dia punya).

Kejelekan pemikiran kiri adalah ketika ”kiri” itu menguasai pikiran sang pemimpin / presiden. Apabila hawa nafsu yang dipakai untuk menguasai pemikiran kiri, maka yang timbul adalah totaliter, diktator, dan tirani. Banyak kasus yang sudah terjadi di negara-negara komunis-sosialis bahwa apabila kiri ini dipakai dalam pemerintahan maka akan menimbulkan kekuasaan tunggal. Fakta yang bisa dijadikan referensi antara lain : Lenin di Rusia tahun 1917, Stalin sebagai penerus Lenin, Hitler di Jerman, Mussolini di Italia, Soekarno di Indonesia, Mao Ze Dong di China, Fidel Castro di Kuba, dan yang paling gress adalah Hugo Chavez di Venezuela.

Truz, bagaimana dengan Soeharto?. BagiQ dia adalah bukan tokoh kiri yang secara pintar merebut kekuasaan dari Soekarno. Dan dia mengatasnamakan demokrasi (ketika merebut kekuasaan) sebagai pelicin kediktatorannya. Terbukti penguasaan dia di negeri ini selama 32 tahun tidak jauh berbeda dengan penguasaan Hitler di Jerman dulu.

Jadi, kita bisa menarik kesimpulan bahwa penguasaan tunggal atas kepemilikan bersama dapat menimbulkan suatu pemerintahan yang totaliter, otoriter, dan diktatur. Truz penguasanya bisa disebut diktator. Tapi, menurutQ soal tirani lain lagi. Tirani adalah penguasaan atas sesuatu dengan tidak pandang bulu dan tidak ber-prikemanusiaan. Sifat tiran seorang penguasa ini timbul dari dalam hati penguasa itu sendiri. Jadi menurutQ, diktator/totaliter itu baik, hanya apabila tirani ikutan ambil bagian, maka itulah yang membuat sang diktator jadi jahat.

Musuh utama dari pemikiran ini adalah kanan. Kanan terdiri atas kaum demokrat dan agama. Kaum demokrat jelas-jelas memusuhi kaum kiri karena pemikiran anti-demokrasi kaum kiri. Sementara di bidang ekonomi, pemikiran komunal tentu bertolak belakang dengan pemikiran kapital dan liberal. Kalo kaum agama memusuhi kaum kiri karena prinsip religiusitas. Agama memiliki Tuhan untuk disembah, sementara kaum kiri tidak mengakui Tuhan karena memiliki ”materi” yang begitu dipuja.

Nah, ini adalah gambaran kanan-kiri secara general (umum). Jadi jangan heran apabila masyarakat kebanyakan menaruh pemikiran negatif dan skeptis terhadap komunisme dan sosialisme. Di saat mereka disodori buku-buku kiri mereka langsung menolak tanpa membaca-nya terlebih dahulu. Selain karena gambaran umum ini, mungkin ini juga akibat cuci otak yang dilakukan oleh Soeharto yang selalu menggembor-gemborkan bahwa komunis (kiri) itu buruk, biadab, atheis, dan immoral. Ini adalah propaganda politik Soeharto guna menghancurkan kaum kiri yang revolusioner (selalu menuntut perubahan) dan vokal dalam memperjuangkan nasib rakyat. Dia takut apabila kaum kiri dibiarkan vokal dalam pemerintahannya maka akan menimbulkan kehancuran bagi kekuasaannya.

Karena seorang pemimpin itu pasti belajar sejarah, dan sejarah menulis bahwa tanpa adanya kaum kiri maka Indonesia takkan pernah merdeka. Karena Soeharto ingin ’menjajah’ Indonesia, maka kaum kiri harus dilenyapkan guna memperpanjang waktu kekuasaannya. Mirip dengan cara Hitler waktu melenyapkan kaum komunis di Jerman. (Mungkin dia juga belajar sejarah Hitler juga kali ya,,,)

Gimana kalo kita sekarang bahas masalahmu dari perspektif seorang Faris.

Aq punya konsep dan gambaran berbeda soal ’kiri dan kanan’. Inti dari pemikiranQ adalah kiri itu pemberontak dan kanan itu penurut. Dari sms yang aq baca, yang termasuk dalam faham adalah komunis dan fasis. Sementara yang termasuk cara memerintah adalah totaliter/diktator dan tiran.

Fasis adalah faham yang menurutQ berada di paling kanan (ultra-kanan) karena sangat pemerintah-sentris, sementara komunis berada di blok yang paling kiri (ultra-kiri) karena selalu memberontak. Fasis dan komunis berbeda, walaupun memiliki induk pemikiran yang sama (marxisme). Fasis sangat terpusat pada satu pemerintah (raja/kaisar) sementara komunis masih memperhatikan asas parlemen (soviet). Simbol penguasa dari kaum fasis adalah Hitler, Hirohito, dan Mussolini. Sementara simbol penguasa komunis adalah Lenin. Tapi kalo ada buku yang menganggap Lev Trotsky dan Tan Malaka adalah pengkhianat kaum komunis, JANGAN PERCAYA!!! Karena pengkhianat sebenarnya adalah Stalin, bisa dilihat dari tindakannya yang berdamai dengan pemerintahan NAZI Jerman (Hitler). Dan Stalin sendiri telah menciptakan suatu pemerintahan yang mengerikan di Rusia ketika dia menggantikan posisi Lenin yang meninggal.

Cara memerintah kedua ideologi tadi tuh sama, yaitu diktator dan totaliter. Hal ini karena prinsip kepemilikan bersama yang diusung oleh keduanya. Tapi pemimpin pemerintahan fasis lebih cenderung tiran. Hal ini karena pusat pemerintahan yang ada di tangan satu orang. Ya kamu bisa lihat model pemerintahannya Hitler dan Soeharto lah. Sementara model pemerintahan komunis tidak se-tiran pemerintahan fasis. Bisa dilihat dari pemerintahan China dari dulu sampe sekarang.

Aq cuma berpesan, kalo kamu udah mulai tertarik ma Hitler n Soekarno, mungkin nanti kau akan tertarik pada hal-hal yang berbau kiri macam komunis, sosialis, Marx, Lenin, PKI, dLL. Nah, pengaruh kiri itu bagus untuk pekembangan jiwa, otak, dan pemikiran, serta dapat membina dirimu supaya lebih idealis dan istiqomah terhadap apa yang kamu lakukan. Tapi efek dari buku kiri adalah (mungkin) semakin berkurangnya keimananmu terhadap Tuhan.

Jadi aq berpesan, seimbanglah dalam membaca buku kiri. Jangan lupa dengan buku-buku agama. Juga jangan takut dengan hal-hal yang berbau kiri, karena sudah wajar apabila kita (mahasiswa) membaca buku-buku kiri. Coz mahasiswa adalah agent of change yang akan selalu menuntut perubahan ke arah yang lebih baik, dan kaum kiri adalah kaum yang selalu menuntut perubahan yang lebih baik demi rakyat proletar. Jadi antara ’kiri’ dan ’mahasiswa’ memiliki satu visi, yaitu PERUBAHAN (kaum kiri menyebutnya REVOLUSI).

Konsep kiri yang tidak melenceng dari asas Islam mungkin bisa kau baca pada buku Tan Malaka yang berjudul MADILOG : MATERIALISME, DIALEKTIKA, DAN LOGIKA. Beliau adalah tokoh komunis Indonesia yang aq kagumi pemikirannya. Atau kau mungkin perlu baca kisah Abu Dzar Al-Ghifari, seorang sahabat Rasulullah yang membelot (memberontak) kepada pemerintahan fasis Usman bin Affan untuk memperjuangkan nasib rakyat dibungkam, ditindas, serta dipolitisir oleh Usman dan Muawiyah. Bisa juga tentang Che Guevara, seorang pejuang rakyat Kuba yang tak pernah lelah berjuang hingga dikhianati oleh Fidel Castro dan akhirnya mati dibunuh oleh CIA. Tapi apabila kau mencari tokoh kiri yang agamis, aq ada 2 orang tokoh yang bisa dipelajari : H.O.S. Tjokroaminoto (gurunya Soekarno, Semaun, Alimin, Musso, dan Darsono) dan Haji Misbach (Tokoh Islam yang menyuarakan komunisme demi kesejahteraan para petani dan buruh).

No comments:

Post a Comment