This day I learn a subjectivity of history is so important.
Ya begitulah, selama ini aku berpikir bahwa subjektivitas dalam sejarah itu benar-benar tidak diperlukan. Hal ini karena aq berpendapat bahwa subjektivitas manusia-lah yang membuat sejarah itu kabur. Memang, sejarah adalah ilmu yang sarat akan kesubjektivitasan manusia, penuh dengan hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan yang ada didalamnya. Tapi bagiku akan lebih indah apabila sejarah itu benar-benar objektif, sehingga apa yang pasti terjadi di masa lalu benar-benar terungkap.
Tetapi hari ini aku belajar menerima bahwa pendapatku tadi itu salah. Sejarah itu subjektif. Sejarah itu mengikuti apa kepentingan dan keinginan penulis sejarah tanpa terlepas dari fakta dan sumber-sumber yang ada. Sehingga tujuan, konsep, dan pemikiran yang dimiliki oleh seorang sejarawan akan membentuk sejarah itu sendiri. Bahkan untuk menentukan suatu periodesasi pun subjektivitas memegang peranan penting dalam penulisan sejarah.
Hmm, ternyata ilmu ini lebih mengerikan dari apa yang aku kira. Aku jadi tak heran lagi bagaimana seseorang seperti Soeharto bisa mengaburkan sejarah mengenai apa yang terjadi di tahun 1965. Karena apabila peristiwa itu terungkap secara objektif, maka kharisma yang dia bangun selama ini bakal jatuh. Dan apabila kharismanya sebagai pemimpin ini jatuh, maka bangsa ini pun juga ikut jatuh. Sejarah memang harus subjektif.
Bukan bermaksud membela seorang Soeharto, tapi ya itulah kenyataannya. Ini adalah efek dari subjektif-nya sejarah. Aku kira Soeharto tidak melakukan apa yang disebut dengan pemalsuan sejarah, tetapi dia hanya menyembunyikan beberapa fakta yang bakal menjatuhkannya dan melebih-lebihkan peristiwa itu sebagai propaganda untuk ketenaran dirinya.
Aku ingat ketika pertama kali masuk di sejarah, dosenku mengatakan bahwa fungsi sejarah adalah pembentuk kepribadian bangsa. Dan kalo ngelihat apa pendapatku tentang Soeharto tadi, Soeharto benar-benar sukses membentuk pribadi masyarakat yang benar-benar membenci komunisme dengan membabi-buta.
Walaupun secara jujur aq ga suka dengan cara ini. Tapi ya inilah sejarah, penuh dengan intrik dan kepentingan. Kalau Soekarno dahulu tidak membesar-besarkan sejarah mengenai kejayaan Majapahit, sudah tentu Indonesia ga akan pernah ada. Kalau Soeharto tidak belajar sejarah mengenai luas kerajaan Majapahit, sudah tentu Papua tidak akan diperjuangkan. DAN APABILA UMAT ISLAM TIDAK BELAJAR MENGENAI SEJARAH KEJAYAAN ISLAM DI MASA KEKHALIFAHAN, AKU PESIMIS KHILAFAH BISA TEGAK KEMBALI.
Dengan begini aku yakin, sejarah apabila dimanfaatkan dengan benar maka suatu saat pasti bisa digunakan untuk merubah masa depan. Apabila subjektif dan objektif dikombinasikan dengan baik, maka sejarah akan benar-benar mampu untuk membentuk kepribadian bangsa. Karena sejarah tuh menurutQ media propaganda yang sip buat menggerakkan massa. Dan sekali lagi, sejarah tuh mengerikan....
No comments:
Post a Comment