Mengenai kedatangan awal Islam ke Nusantara pasti terdapat tiga pertanyaan pokok mengenai asal kedatangan Islam, para pembawa, dan waktu kedatangannya. Berbagai teori-teori berusaha menjawab tiga pertanyaan tadi disertai dengan bukti-bukti yang mendukung teori-teori tersebut. Korelasi-korelasi antar teori juga diuraikan dengan gamblang oleh Azyumardi Azra dengan menambahkan teori-teori baru dari dirinya seperti hubungan diplomatik antara Nusantara, Timur Tengah, dan China. Hingga akhirnya timbul sebuah teori baru mengenai para sufi yang menyebarkan Islam di Nusantara. Hal ini didukung oleh kepercayaan masyarakat Nusantara akan hal-hal yang berbau mitos dan mistik. Sehingga dengan metode tasawwuf, Islam dapat dihadirkan di tengah-tengah masyarakat Nusantara
Dalam buku ini dapat disimpulkan pula bahwa Islam sudah masuk di Nusantara sejak zaman kerajaan Sriwijaya dengan adanya bukti-bukti berupa surat-menyurat antara Maharaja Sri Indravarman dengan kekhalifahan Islam. Tetapi momentum yang tepat sebagai awal perkembangan Islam di Nusantara terjadi pada abad ke-13, dimana Sriwijaya mengalami kemunduran yang akhirnya keadaan memaksanya untuk memonopoli pedagang-pedagang Muslim Arab dan Persia sehingga mereka merasa tidak nyaman lagi berdagang dengan Sriwijaya. Akhirnya kemunduran Sriwijaya membuat beberapa kerajaan kecil yang lepas dari kekuasaannya semakin “memesrakan” diri dengan kekhalifahan Islam di Timur Tengah. Dari “kemesraan” itu lahirlah beberapa karya historiografi tradisi yang penuh dengan legitimasi kekuasaan yang dikaitkan dengan kekhalifahan Utsmani di Turki.
Hubungan itu berlanjut pada bidang politik dan militer. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara semakin mempererat hubungan diplomatik dengan kekhalifahan Utsmani dan berusaha melakukan sesuatu yang bias dibilang simbiosis mutualisme. Militer Utsmani yang begitu besar sering melindungi kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara dari serbuan Portugis, sedangkan pedagang-pedagang Nusantara juga memberikan barang-barang yang dibutuhkan oleh kekhalifahan dalam dunia perdagangan. Bahkan Mekkah juga turut berperan dalam tegaknya Islam di Nusantara dimana Sultan Agung Hanyakrakusuma dilantik oleh kekhalifahan Utsmani untuk menjadi amir di Kasultanan Mataram.
Pendapat-pendapat Azyumardi Azra ini dapat menjadi tonggak perlawanan atas pendapat-pendapat kaum orientalis yang mungkin mendiskreditkan kekhalifahan Islam. Hal ini dengan adanya fakta surat-menyurat antara Sri Indravarman dengan kekhalifahan Islam pada abad ke-7 tentu cukup mengejutkan sejarawan yang sudah teryakini bahwa Islam mucul di Nusantara pada abad ke-13. Begitu juga dengan penunjukan Sultan Agung sebagai amir di Mataram, hal tersebut semakin menunjukkan eksistensi kekhalifahan Islam yang menguasai 2/3 dunia dan bertahan selama 18 abad. Apalagi ditambah dengan analisis Azyumardi Azra mengenai teori munculnya Islam di Nusantara yang dibawa oleh para sufi dan hubungan sosial-diplomatik antara Timur Tengah, Kekaisaran Cina, dan Nusantara. Hal ini merupakan analisis yang menarik sekaligus hampir mendekati kenyataan apabila melihat kondisi sosio-kultural masyarakat Nusantara dan kronik-kronik yang dibawa oleh pengembara asing. Kebudayaan tradisional Nusantara yang dipenuhi oleh tradisi mitos dan magis menjadi lahan yang cocok untuk para penggiat tarekat dan ahli tasawwuf yang sudah pasti dibawa oleh para muslim sufistik. Sehingga teori sufi bisa dianggap sebagai teori yang paling memungkinkan mengenai masuknya Islam ke Nusantara.